Jumat, 10 Juni 2011

Ayuk Jamu, "Penggendong" dari Nguter

Jumat, 10 Juni 2011

BISNIS REANG ONLINE

EKONOMI DESA

Ayuk Jamu, "Penggendong" dari Nguter

Sebuah patung penjual jamu gendong didirikan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo di Desa Gupit, Kecamatan Nguter, yang berbatasan dengan Wonogiri, seperti terlihat Kamis (16/9). (KOMPAS/ANTONY LEE)***

Oleh Antony Lee

Roman wajah perempuan itu tegas. Pandangan matanya menerawang jauh ke depan. Tangan kiri mengangkat ember, sementara tangan kanannya mencengkeram erat selendang yang melilit dada hingga bakul di punggungnya.

Ia tak tergoyahkan hujan, panas, maupun angin. Begitulah sosok patung mbok jamu gendong setinggi 1 meter yang kokoh berdiri di Desa Gupit, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, yang berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri. Keduanya di Jawa Tengah. Patung itu merupakan simbol pengakuan Sukoharjo terhadap penjual jamu gendong.

Nguter memang terkenal dengan penjual jamu gendongnya yang merantau ke berbagai kota, seperti Jakarta maupun Jawa Timur (Jatim). Para perempuan yang setegar Drupadi, istri Pandawa dalam epos Mahabarata. Kegigihan dan kesabaran penjual jamu gendong itu seperti Drupadi yang teguh menghadapi cobaan dan menyokong suaminya.

Sabtu (18/9) siang itu, Yahmi (54) tengah santai duduk di bangku kayu panjang di depan rumahnya di Dusun Tawang, Desa Gupit, Kecamatan Nguter. Kulit perempuan itu mulai berkeriput dimakan usia. Namun, masih ada sekilas kemudaan tersisa saat ia tersenyum. Ada tahi lalat di atas bibir kirinya. Konon, itu pertanda orang yang mudah bergaul dan banyak berbicara.

Siang itu, Yahmi mengenakan daster batik dan bertelanjang kaki, menginjak lantai rumahnya yang berkeramik putih. Rumah permanen dengan sebagian dinding dan penyangga rumah dari kayu jati berukir. Ada lima kamar di bangunan berukuran 15 meter x 19 meter itu. Beberapa perabot elektronik, kulkas, dan televisi menghias ruang tamu.

”Rumah ini salah satu hasil saya berjualan jamu gendong di Jakarta,” tutur nenek enam cucu itu sambil tersenyum. Ia sudah sebulan berada di kampung halaman untuk persiapan Lebaran. Dua pekan mendatang, barulah ia akan kembali ke Jakarta.

Yahmi sudah 38 tahun berjualan jamu gendong di Jakarta Utara dan Jakarta Barat, sejak dia masih berusia 16 tahun. Hasil jerih payah Yahmi berbuah manis. Ia mampu membiayai sekolah lima anaknya. Seorang di antaranya meraih gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sebelas Maret Surakarta. ”Enggak apa-apa ibunya cuma tukang jamu, tetapi ada kebanggaan anak saya lebih pinter. Bisa sekolah,” ungkap Yahmi yang hanya tamat sekolah dasar itu.

Awal merantau ke Jakarta, Yahmi ”magang” di kontrakan kakak iparnya yang lima tahun lebih dulu berjualan jamu. Sebulan pertama digunakannya untuk belajar mengangkat bakul agar isinya tak tumpah serta cara menumbuk jamu. ”Terus saya ikut mpok (kakak ipar) saya. Kalau dagangannya habis, barulah jamu saya yang dijual. Sesudah bisa, baru jalan sendiri,” tuturnya.

Dalam berjualan, ia mengenakan kebaya dan kain jarit dengan bakul digendong. Baru lima bulan terakhir ini ia memakai sepeda karena tak kuat lagi berjalan jauh.

Meski terbilang memiliki rumah bagus di kampung, dengan harga ratusan juta rupiah, Yahmi hidup sangat sederhana di Jakarta. Ia menempati rumah berukuran 4 meter x 4 meter di Jakarta Barat. Di situ ia tinggal bersama suaminya, Giman (60), yang berdagang bakso keliling.

Sejak subuh, Yahmi sudah harus menumbuk bahan jamu dan menjerang air. Setelah itu, ia berkeliling menjajakan jamu. Siang hari ia kembali menyiapkan bahan, lalu sore kembali berkeliling.

Sugiami (52), warga Desa Nguter Utara, juga sama. Ia tinggal di kamar indekos berukuran 2 meter x 3 meter di Kediri, Jatim. Sugiami berjualan jamu gendong di Kediri sejak 1993. Sebelumnya, ia berjualan jamu gendong di Jakarta sejak 1971.

Padahal, di kampung ia sudah mampu ”menyulap” rumah papan miliknya menjadi rumah berdinding tembok dengan lantai keramik. Rata-rata ia bisa mengirim uang Rp 1,5 juta per bulan kepada keluarganya. Suaminya, Suharji (57), tinggal di kampung sebagai buruh bangunan.

Kisah semacam Yahmi dan Sugiami ini bisa ditemui di berbagai sudut Kecamatan Nguter. Mayoritas rumah di sana permanen dengan lantai keramik. Hanya sebagian kecil dari gedek anyaman bambu atau papan. Jalan-jalan desa pun mereka perbaiki secara swadaya.

Suyadi (59), Kepala Desa Gupit, menuturkan, lebih dari 20 tahun lalu desanya tergolong kumuh. Rumah-rumah masih terbuat dari gedek. Setelah banyak yang merantau, keadaan desa membaik. Dari 2.500-an warga desa, sekitar 30 persen penjual jamu di perantauan.

Menurut Camat Nguter Suramto, ada ribuan warga desanya yang merantau sebagai penjual jamu gendong. Dari merekalah perekonomian di Nguter bisa berkembang. Selain itu, tingkat pendidikan warga membaik karena kian banyak warga bisa membiayai anak dan menamatkan pendidikan SMA atau universitas.

Namun, di perantauan nasib para Drupadi itu tak mudah. Kerap kali mereka harus berjalan kaki berkilo-kilometer sambil menggendong bakul berisi 7-10 botol jamu. Kadang harus berhadapan dengan orang-orang jahil. ”Kalau jualan jamu, saya mengenalkan diri sebagai Gemi. Hampir semua pedagang jamu punya samaran,” tutur Sugiami. Apa sebabnya? ”Soalnya kadang ketemu pembeli iseng, takut dicari sampai ke kampung,” katanya.

Yahmi malah enggan menyebut nama kepada pelanggannya. Dia hanya menyebut dirinya Ayuk Jamu.

Saat masih muda, kata Sugiami, kerap ada pembeli yang nakal mencowelnya. Ia hanya bisa menahan diri saja.

Boleh jadi orang iseng itu tak tahu bahwa para Drupadi penjual jamu itu sesungguhnya menggendong perekonomian kampung halaman mereka…. ***

Source : Kompas, Senin, 20 September 2010 | 04:07 WIB

Ada 1 Komentar Untuk Artikel Ini. Kirim Komentar Anda


  • irsan bauer

Senin, 20 September 2010 | 06:13 WIB

Harus orang seperti Yahmi ini, pantas menduduki jabatan sbgi anggota dewan, dia tahu ttg bisnis perekonomian rakyat kecil, kalau dia di dewan, mungkin dana anggaran utk study banding, mugkin relatif kecil atau tdk ada sama sekali, karena dia sdh berpengalaman dan tdk neko2.

0 Comments:

 

Site Info

free counters

Followers

bisnisreang@yahoo.com Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template