Sabtu, 07 Januari 2012

Game Online Makin Digemari

Sabtu, 07 Januari 2011

BISNIS REANG ONLINE

Game Online Makin Digemari

BERMAIN GAME – Game Online ternyata makin digemari anak-anak di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Tampak dalam gambar, anak-anak terlihat ceria tengah bermain game online.(Satim)*** Foto-foto : Satim/Bisnis Reang Online

Sabtu, 24 Desember 2011

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu : Rehabilitasi Ruang SDN Margadadi III Masih “Berantakan”

Sabtu, 24 Desember 2011

BISNIS REANG ONLINE

Catatan Akhir Tahun 2011

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu

Rehabilitasi Ruang SDN Margadadi III Masih “Berantakan”

Diduga menjadi catatan agak “buram” bagi sejumlah proyek rehabilitasi ruang kelas, dan pembangunan lainnya yang berkaitan dengan tanggung jawab pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat di tahun 2011. Pasalnya, beberapa hari menjelang tutup tahun 2011, masih tak sedikit pekerjaan proyek fisiknya belum rampung 100 persen. Bahkan, sebagian lagi terkesan masih berantakan. Kondisi demikian seperti yang tergambar di SDN Margadadi III Indramayu. Karena, hingga Sabtu (24/12/2011) sore, proyek swakelola seperti yang dicantumkan di papan proyek senilai sekitar Rp 190 juta lebih itu, terlihat masih berantakan. Meski demikian, pihak sekolah masih yakin, katanya, siap merampungkan pekerjaan 100 persen sampai dengan 30 Desember 2011.(Satim)*** Foto-foto : Satim/Bisnis Reang Online

Jumat, 23 Desember 2011

Cararan Akhir Tahun 2011 : Pembangunan Ruang Pengawas Sekolah Belum Selesai

Kamis, 22 Desember 2011

BISNIS REANG ONLINE

Cararan Akhir Tahun 2011

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Pembangunan Ruang Pengawas Sekolah

Belum Selesai

MASIH DIKERJAKAN – Beberapa pekerja proyek pembangunan gedung Pengawas Sekolah yang berada di belakang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat hingga, Kamis (22/12/2011) sore, terlihat masih dikerjakan. Padahal, proyek tersebut berada di sarang “macan” kuasa pengguna anggaran, dan disampingnya yang berjarak sekitar dua puluh meteran adalah Kantor Inspektorat Pengawasan Daerah yang terletak di Jalan MT Haryono, Sindang, Kabupaten Indramayu.(Satim)*** Foto : Satim/Bisnis Reang Online

Rabu, 21 Desember 2011

Catatan Akhir Taunt 2011 : Rehab dan Pembangunan SDLB Negeri Indramayu Belum Rampung

Kamis, 22 Desember 2011

BISNIS REANG ONLINE

Catatan Akhir Taunt 2011

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Rehab dan Pembangunan SDLB Negeri Indramayu

Belum Rampung

Rangka baja untuk gedung SDLB Negeri Indramayu terlihat siap ditrunkan dari truk, Rabu (21/12/2011) sore. Dan gambar sebelah kanan, sebuag gedung juga tengah dikerjakan.(Satim)*** Foto-foto : Satim/Bisnis Reang Online

INDRAMAYU, BISNIS REANG ONLINE – Pekerjaan proyek menjelang tutup tahun 2011 bukan hanya terjadi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat saja yang masih berlangsung. Namun beberapa proyek di Dinas Pendidikan dan Kabudayaan Kota Mangga itu pun, tampaknya tak sedikit yang masih dikerjakan. Misalnya rehabilitasi dan pembangunan di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Indramayu yang terletak di Jalan Pahlawan, hingga Rabu (21/12/2011) sore, pekerjaannya belum rampung. Rangka baja pun terlihat baru turun dari truk yang disertai beberapa pekerjanya.

Menurut keterangan, tahun 2010 lalu, pembangunannya sempat ditangani pihak kepala sekolah. Namun sayang, sore itu belum ada pihak-pihak yang mau memberikan keterangan yang transparan mengenai keberadaan proyek di SDLB itu. “Saya hanya pekerja, pak,” kata salah seorang diantara mereka.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu, Drs. H. Suhaeli MSi yang dihubungi, Rabu (21/12/2011), juga tak ada di kantornya. Konon, orang nomor satu di kantor itu tengah ke lapangan, dan ada acara penting lainnya.

Keterangan yang dihimpun Bisnis Reang Online, di SDLB Negeri Indramayu tersebut terdapat dua proyek, yakni rehabilitasi ruang kelas dan pembangunan gedung perkantoran.(Satim)*** Foto-foto : Satim/Bisnis Reang Online

Catatan Akhir Tahun 2011 : Pekerjaan Pelabuhan Pendaratan Ikan Karangsong Masih Berlangsung

Selasa, 20 Desember 2011

BISNIS REANG ONLINE

Catatan Akhir Tahun 2011

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu

MASIH DIKERJAKAN – Para pekerja tengah mengerjakan landasan jalan batu di samping jalan beton di kawasan PPI Karangsong, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Selasa (20/12/2011) sore. Sebagian pekerja lainnya, terlihat tengah memasang lempengan paku beton untuk penyangga bibir pantai. (Satim)*** Foto-foto : Satim/Bisnis Reang Online

Pekerjaan Pelabuhan Pendaratan Ikan Karangsong

Masih Berlangsung

INDRAMAYU, BISNIS REANG ONLINE – Sampai dengan tanggal 20 Desember 2011, sejumlah proyek di Kabupaten Indramayu diduga masih banyak yang belum rampung 100 persen. Salah satunya seperti yang terlihat di kawasan pelabuhan pendaratan ikan Karangsong. Para pekerja di proyek pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, hingga Selasa (20/12/2011) sore, terlihat masih berlangsung. Beberapa pekerja ada tengah memasang pagar bambu (gribig) untuk landasan jalan batu di sekitar pendaratan kapal-kapal ikan di Karangsong. Sebagian lagi, ada yang tengah memasang beton penahan pantai dan bahu jalan.

Bahkan di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong, juga masih terlihat pekerja tengah merapihkan tembok penahan tanah (TPT) yang melingkari saluran di tepi jalan Desa Karangsong itu. Proyek tersebut dianggarkan sekitar Rp 9 miliar lebih di bawah naungan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu.

Pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Yudi Rustomo mengatakan, ia sudah wanti-wanti kepada pihak pelaksananya, agar proyek itu rampung 100 persen menjelang deadline waktu pelaksanaan atau sebelum tutup tahun 2011.

“Ya, harus selesai sebelum akhir Desember 2011,” katanya.(Satim)*** Foto-foto : Satim/Bisnis Reang Online

Rabu, 14 Desember 2011

Mobil baru Operasional Laboratorium Dinas Bina Marga Kabupaten Indramayu

Rabu, 14 Desember 2011

BISNIS REANG ONLINE

Dinas Bina Marga Kabupaten Indramayu

Punya Kendaraan Laboratorium Baru

Kendaraan baru Operasional Laboratorium Dinas Bina Marga Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Tampak dalam gambar yang diambil Rabu (14/12/2011) sore, mobil jenis bus berwarna kuning itu terparkir di area parkir Unit Work Shop Dinas Bina Marga Kabupaten Indramayu. (Satim)*** Foto-foto : Satim/Bisnis Reang Online



Jumat, 10 Juni 2011

Ayuk Jamu, "Penggendong" dari Nguter

Jumat, 10 Juni 2011

BISNIS REANG ONLINE

EKONOMI DESA

Ayuk Jamu, "Penggendong" dari Nguter

Sebuah patung penjual jamu gendong didirikan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo di Desa Gupit, Kecamatan Nguter, yang berbatasan dengan Wonogiri, seperti terlihat Kamis (16/9). (KOMPAS/ANTONY LEE)***

Oleh Antony Lee

Roman wajah perempuan itu tegas. Pandangan matanya menerawang jauh ke depan. Tangan kiri mengangkat ember, sementara tangan kanannya mencengkeram erat selendang yang melilit dada hingga bakul di punggungnya.

Ia tak tergoyahkan hujan, panas, maupun angin. Begitulah sosok patung mbok jamu gendong setinggi 1 meter yang kokoh berdiri di Desa Gupit, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, yang berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri. Keduanya di Jawa Tengah. Patung itu merupakan simbol pengakuan Sukoharjo terhadap penjual jamu gendong.

Nguter memang terkenal dengan penjual jamu gendongnya yang merantau ke berbagai kota, seperti Jakarta maupun Jawa Timur (Jatim). Para perempuan yang setegar Drupadi, istri Pandawa dalam epos Mahabarata. Kegigihan dan kesabaran penjual jamu gendong itu seperti Drupadi yang teguh menghadapi cobaan dan menyokong suaminya.

Sabtu (18/9) siang itu, Yahmi (54) tengah santai duduk di bangku kayu panjang di depan rumahnya di Dusun Tawang, Desa Gupit, Kecamatan Nguter. Kulit perempuan itu mulai berkeriput dimakan usia. Namun, masih ada sekilas kemudaan tersisa saat ia tersenyum. Ada tahi lalat di atas bibir kirinya. Konon, itu pertanda orang yang mudah bergaul dan banyak berbicara.

Siang itu, Yahmi mengenakan daster batik dan bertelanjang kaki, menginjak lantai rumahnya yang berkeramik putih. Rumah permanen dengan sebagian dinding dan penyangga rumah dari kayu jati berukir. Ada lima kamar di bangunan berukuran 15 meter x 19 meter itu. Beberapa perabot elektronik, kulkas, dan televisi menghias ruang tamu.

”Rumah ini salah satu hasil saya berjualan jamu gendong di Jakarta,” tutur nenek enam cucu itu sambil tersenyum. Ia sudah sebulan berada di kampung halaman untuk persiapan Lebaran. Dua pekan mendatang, barulah ia akan kembali ke Jakarta.

Yahmi sudah 38 tahun berjualan jamu gendong di Jakarta Utara dan Jakarta Barat, sejak dia masih berusia 16 tahun. Hasil jerih payah Yahmi berbuah manis. Ia mampu membiayai sekolah lima anaknya. Seorang di antaranya meraih gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sebelas Maret Surakarta. ”Enggak apa-apa ibunya cuma tukang jamu, tetapi ada kebanggaan anak saya lebih pinter. Bisa sekolah,” ungkap Yahmi yang hanya tamat sekolah dasar itu.

Awal merantau ke Jakarta, Yahmi ”magang” di kontrakan kakak iparnya yang lima tahun lebih dulu berjualan jamu. Sebulan pertama digunakannya untuk belajar mengangkat bakul agar isinya tak tumpah serta cara menumbuk jamu. ”Terus saya ikut mpok (kakak ipar) saya. Kalau dagangannya habis, barulah jamu saya yang dijual. Sesudah bisa, baru jalan sendiri,” tuturnya.

Dalam berjualan, ia mengenakan kebaya dan kain jarit dengan bakul digendong. Baru lima bulan terakhir ini ia memakai sepeda karena tak kuat lagi berjalan jauh.

Meski terbilang memiliki rumah bagus di kampung, dengan harga ratusan juta rupiah, Yahmi hidup sangat sederhana di Jakarta. Ia menempati rumah berukuran 4 meter x 4 meter di Jakarta Barat. Di situ ia tinggal bersama suaminya, Giman (60), yang berdagang bakso keliling.

Sejak subuh, Yahmi sudah harus menumbuk bahan jamu dan menjerang air. Setelah itu, ia berkeliling menjajakan jamu. Siang hari ia kembali menyiapkan bahan, lalu sore kembali berkeliling.

Sugiami (52), warga Desa Nguter Utara, juga sama. Ia tinggal di kamar indekos berukuran 2 meter x 3 meter di Kediri, Jatim. Sugiami berjualan jamu gendong di Kediri sejak 1993. Sebelumnya, ia berjualan jamu gendong di Jakarta sejak 1971.

Padahal, di kampung ia sudah mampu ”menyulap” rumah papan miliknya menjadi rumah berdinding tembok dengan lantai keramik. Rata-rata ia bisa mengirim uang Rp 1,5 juta per bulan kepada keluarganya. Suaminya, Suharji (57), tinggal di kampung sebagai buruh bangunan.

Kisah semacam Yahmi dan Sugiami ini bisa ditemui di berbagai sudut Kecamatan Nguter. Mayoritas rumah di sana permanen dengan lantai keramik. Hanya sebagian kecil dari gedek anyaman bambu atau papan. Jalan-jalan desa pun mereka perbaiki secara swadaya.

Suyadi (59), Kepala Desa Gupit, menuturkan, lebih dari 20 tahun lalu desanya tergolong kumuh. Rumah-rumah masih terbuat dari gedek. Setelah banyak yang merantau, keadaan desa membaik. Dari 2.500-an warga desa, sekitar 30 persen penjual jamu di perantauan.

Menurut Camat Nguter Suramto, ada ribuan warga desanya yang merantau sebagai penjual jamu gendong. Dari merekalah perekonomian di Nguter bisa berkembang. Selain itu, tingkat pendidikan warga membaik karena kian banyak warga bisa membiayai anak dan menamatkan pendidikan SMA atau universitas.

Namun, di perantauan nasib para Drupadi itu tak mudah. Kerap kali mereka harus berjalan kaki berkilo-kilometer sambil menggendong bakul berisi 7-10 botol jamu. Kadang harus berhadapan dengan orang-orang jahil. ”Kalau jualan jamu, saya mengenalkan diri sebagai Gemi. Hampir semua pedagang jamu punya samaran,” tutur Sugiami. Apa sebabnya? ”Soalnya kadang ketemu pembeli iseng, takut dicari sampai ke kampung,” katanya.

Yahmi malah enggan menyebut nama kepada pelanggannya. Dia hanya menyebut dirinya Ayuk Jamu.

Saat masih muda, kata Sugiami, kerap ada pembeli yang nakal mencowelnya. Ia hanya bisa menahan diri saja.

Boleh jadi orang iseng itu tak tahu bahwa para Drupadi penjual jamu itu sesungguhnya menggendong perekonomian kampung halaman mereka…. ***

Source : Kompas, Senin, 20 September 2010 | 04:07 WIB

Ada 1 Komentar Untuk Artikel Ini. Kirim Komentar Anda


  • irsan bauer

Senin, 20 September 2010 | 06:13 WIB

Harus orang seperti Yahmi ini, pantas menduduki jabatan sbgi anggota dewan, dia tahu ttg bisnis perekonomian rakyat kecil, kalau dia di dewan, mungkin dana anggaran utk study banding, mugkin relatif kecil atau tdk ada sama sekali, karena dia sdh berpengalaman dan tdk neko2.

Jumat, 11 Maret 2011

Realisasi dan Prognosa Produksi Pupuk Urea Tahun 2009


Source : Kompas, Kamis, 2 Desember 2010

Selasa, 22 Februari 2011

Target Kemenpera 2011 Salurkan Kredit 210.000 Unit Rumah

Target Kemenpera 2011

Salurkan Kredit 210.000 Unit Rumah

Selasa, 22 Februari 2011| 18:05 WIB

Dok Kemenpera

Hari Habitat Dunia menargetkan pembangunan kota yang lebih baik dengan permukiman yang lebih baik pula

TERKAIT:

JAKARTA, Bisnis Reang Online - Kementerian Perumahan Rakyat memprediksi bisa menyalurkan kredit untuk 16.000 unit rumah dengan nilai Rp 500 miliar dari program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) hingga akhir tahun nanti. Meski begitu, angka tersebut masih sangat kecil bila dibandingkan dengan total dana yang disiapkan untuk FLPP sebesar Rp 2,6 triliun pada tahun ini.

"

Sebenarnya untuk tahun 2010 ini target yang ingin dicapai sebanyak 90.000 unit rumah. Namun, target ini belum bisa tercapai karena penyaluran kreditnya baru dimulai 1 Oktober lalu.

-- Sri Hartoyo

"

Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Perumahan Rakyat Sri Hartoyo mengatakan, per 13 Desember lalu, total kredit yang telah disalurkan sudah mencapai 12.000 unit rumah. "Dan angka itu dipastikan akan bertambah terus,"ujarnya.

Sri mengaku, sebenarnya untuk tahun 2010 ini target yang ingin dicapai sebanyak 90.000 unit rumah. Namun, target ini belum bisa tercapai karena penyaluran kreditnya baru dimulai 1 Oktober lalu. Selain itu, pola subsidi KPR yang lama malalui subsidi selisih bunga dan uang muka juga masih berlaku.

Nah, dia memastikan, untuk tahun depan penyaluran KPR hanya menggunakan program FLPP saja. Terkait hal itu, sosialisasi mengenai program ini akan terus dilakukan. Tak heran, tahun depan, Kementerian Perumahan Rakyat menargetkan penyaluran FLPP untuk 210 ribu unit rumah. Dana yang disiapkan untuk tahun depan itu sebesar Rp 3,5 triliun. "Angka itu sudah ditambah dengan carry over tahun ini Rp 2,1 triliun," ujarnya.

Dari dua bank yang sudah melalukan kontrak kerja sama, sejauh ini, baru Bank Tabungan Negara (BTN) yang sudah menyalurkan kredit FLPP. "Total dana yang kita tempatkan di BTN 1,6 triliun," ujarnya. Sedangkan bank lainnya, Bank Negara Indonesia (BNI), belum menyampaikan rencana penyerapan untuk triwulan pertama (Oktober-Desember). "BNI belum ada progresnya," ujarnya.

Ke depan, pihaknya akan menggandeng lebih banyak bank untuk penyaluran FLPP ini. "Kita undang seluruh bank umum untuk berpartisipasi," ujarnya. Ada pun persyaratan bagi bank yang ingin terlibat adalah bank yang sehat menurut BI dan mempunyai jaringan yang cukup ke daerah.

Catatan saja, FLPP merupakan subsidi pembiayaan perumahan untuk masyarakat berpengahasilan rendah dan menengah. Subsidi ini disalurkan pemerintah melalui bank dengan bunga di kisaran 8 persen. (Petrus Dabu/KONTAN)***

Sumber : Kompas.com, Kamis, 23 Desember 2010

Sabtu, 19 Februari 2011

H. Bustanil Arifin SH




Source : Kompas, Jumat, 18 Februari 2011

FOKUS : Menjadi Tionghoa Tua Sebelum Kaya

Jumat,

18 Februari 2011

Bisnis Reang Online

FOKUS

Menjadi Tionghoa Tua Sebelum Kaya

Sejak 2.000 tahun lalu, China sudah memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, sekitar 60 juta orang, mewakili kira-kira seperempat populasi dunia. Kota-kota China juga sudah memiliki jumlah penduduk terpadat. Chang’an (sekarang Xi’an di Provinsi Shaanxi) merupakan kota terbesar di dunia, mengikuti Babilon dan Alexandria.

Ketika Marco Polo mengunjungi daratan China, Hangzhou, sekitar dua jam ke arah barat Shanghai, adalah kota terbesar di dunia dengan penduduk 300.000 orang pada pertengahan abad ke-13. Selama lebih dari 5.000 tahun penduduk China tumbuh pesat dengan kecepatan yang tinggi pada pertengahan abad ke-17 semasa Dinasti Qing.

Pada masa orang-orang Manchu berkuasa itu, penduduk menjadi dua kali lipat. Dimulai dengan 175 juta orang pada sekitar tahun 1750, menjadi 350 juta hanya dalam waktu 60 tahun. Pertambahan penduduk berlangsung terus sampai berkuasanya Partai Komunis China yang juga menyebabkan 36 juta orang kehilangan nyawa selama kampanye politik antara tahun 1959-1962.

Ketika Mao Zedong mengandalkan penduduknya yang disebut ”gelombang manusia” yang mencapai 900 juta orang pada akhir Revolusi Kebudayaan 1974 (pada 1961 jumlah penduduk RRC 660 juta orang), rata-rata satu perempuan China melahirkan enam anak.

Biaya masyarakat

Daratan China sekarang dihuni sekitar 1,4 miliar orang Tionghoa yang hidup di daratan, pertumbuhan ekonomi mencapai dua digit selama tiga dekade berturut-turut, dan menjadi persoalan dunia karena menyerap berbagai produk dunia dalam skala masif.

Ketika keterbukaan dan reformasi dijalankan tahun 1978, program keluarga berencana diterapkan Pemerintah China dengan kebijakan satu anak. Hasilnya, laju pertumbuhan penduduk bisa diredam sehingga menunda sampai 400 juta kelahiran pada tahun 1979-2010.

Bersamaan dengan semakin sejahteranya rakyat Tionghoa, persoalan satu anak yang disebut ”kaisar kecil” menimbulkan masalah lahirnya generasi manja. Mereka mengonsumsi berbagai hal, merengek minta hamburger McDonald’s atau sayap ayam di KFC, atau merajuk guna memperoleh barang konsumsi lain.

Selama satu dekade terakhir ada kebijakan shehui fuyang fei (biaya memelihara masyarakat) yang memungkinkan keluarga Tionghoa memiliki anak kedua di luar kebijakan keluarga berencana. Seorang bermarga ma di Changsha, Provinsi Hunan, menjelaskan, biaya ini mencapai 125.000 yuan (sekitar Rp 180 juta) dan umumnya dibayar dengan mengumpulkan uang dari sanak saudara atau danwei (unit kerja) mereka.

Kelas menengah dan orang kaya baru di China memiliki cara lain. Salah satunya membawa istri mereka yang hamil anak kedua melahirkan di Hongkong. Biayanya sedikit lebih mahal, tetapi memiliki keuntungan lain: anak yang dilahirkan bisa memiliki status warga Hongkong.

Ekonosentris

Persoalan generasi ”kaisar kecil” dalam masyarakat Tionghoa di RRC sekarang menimbulkan apa yang dikenal dengan si er yi jiating (keluarga 4-2-1), mengacu pada perlindungan generasi manja ini melalui kedua orangtua serta empat kakek dan nenek mereka.

Keluarga 4-2-1 ini secara ekonomis menimbulkan persoalan ketika generasi manja mulai beranjak dewasa dan mulai membangun keluarga sendiri, menyebabkan orangtua atau kakek-nenek tidak memiliki tumpuan ketika tunjangan mereka tidak cukup untuk meneruskan hidup.

Biaya hidup di Beijing, Shanghai, dan Qingdao sekarang sama mahalnya dengan kota lain di dunia seperti Hongkong, Tokyo, atau New York. Kombinasi penghasilan generasi manja—baik pria maupun wanita—dipastikan tidak cukup memadai untuk menopang diri atau keluarga masing-masing.

Soal kependudukan dan generasi manja mulai menjadi masalah pembangunan ekonomi. Tahun 2005, sekitar 130 juta orang atau 10 persen total penduduk Tionghoa berusia di atas 60 tahun. Pada tahun 2050, sekitar 500 juta orang atau satu dari tiga orang Tionghoa berusia di atas 60 tahun dan 100 juta di antaranya berusia 80 tahun

Menjadi Tionghoa di daratan China menghadirkan orang yang terlalu tua sebelum menjadi kaya karena dampak pembangunan ekonomi. Kita akan melihat generasi manja yang terintegrasi melalui kemajuan teknologi komunikasi dan infrastruktur transportasi yang mampu memindahkan mereka ke mana-mana.

China sedang berubah. Sangat cepat. Populasi penduduk China yang tumbuh sekarang memang tidak hanya menjadi target penguasa Beijing dalam menjaga pertumbuhan ekonomi dan dasar politik modernnya. Populasi Tionghoa akan tetap menjadi sentra raison d’etre bagi penguasa Beijing karena kehidupan politiknya akan tetap terkonsentrasi pada ekonosentris yang dijalani selama ini. (rlp)***

Source : Kompas, Jumat, 18 Februari 2011

Lebih Baik Belajar ke China

Jumat,

18 Februari 2011

Bisnis Reang Online

PERENCANAAN PEMERINTAH

Lebih Baik Belajar ke China

Sebenarnya, anggota DPR RI lebih bagus berkunjung ke China. Pemerintah daerah di negara ini cocok dijadikan contoh cara pemerintah menjalankan perencanaan.

China melakukan perencanaan matang, dikaji di tengah jalan, dan dimodifikasi jika perlu. Prosedur seperti ini mirip yang dilakukan Singapura. Pemerintahnya menjalankan negara seperti menjalankan strategi bisnis meski nihil kemerdekaan warga.

Mungkin semua itu terpengaruh nasihat mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew kepada Deng Xiaoping beberapa tahun lalu agar China jangan mengekspor komunisme ke Asia Tenggara. Lee juga menyarankan China membangun perekonomian.

Di luar itu, Deng menunjukkan ketertarikan pada keberhasilan perusahaan Coca-Cola, Boeing, dan sejumlah korporasi AS saat bertemu Jimmy Carter yang saat itu memimpin AS.

Tidak heran setiap rencana pasti dijalankan, apalagi jika terkait pembangunan ekonomi. Begitu pelabuhan, jalan, kereta api, atau infrastruktur lain sudah direncanakan, pembangunan dilaksanakan sepenuhnya.

Tampilan fisik di China pun bisa berubah drastis hanya dalam hitungan enam bulan. ”Bisa-bisa saat bangun tidur di depan rumah sudah ada jalan layang berdiri,” kata Sicilia Samaria Mandang, penasihat di perusahaan Montpelier. China bekerja 24 jam, musim dingin atau musim panas, sepanjang tahun.

”Pada setiap rencana pembangunan lima tahunan, kami selalu melakukan evaluasi di tengah jalan,” kata Prof Dr Yan Jianmiao, Dekan Jurusan Ekonomi Internasional di Universitas Zhejiang, Hangzhou. Yan juga ikut terlibat dalam perencanaan ekonomi lima tahunan.

Perencanaan bukan sekadar kertas berisi tulisan indah dengan grafik menawan tetapi kosong isinya, melainkan berdasarkan pengamatan lapangan serius soal apa saja tentang masyarakat, kebutuhan dan perkembangannya. Maklum, sebagai partai tunggal, Partai Komunis China tak boleh terlena dengan kekuasaan yang bisa memabukkan. Perencanaan juga didasarkan pada survei lapangan yang diterbitkan tahunan dalam bentuk cetak biru oleh Akademi Ilmu-ilmu Sosial China.

Apa faktor yang mendorong jalannya pelaksanaan perencanaan itu? Prof Dr Hora Tjitra dari Universitas Zhejiang, Hangzhou, mengatakan, hal itu berhubungan dengan kenaikan pangkat yang antara lain diukur dari kemampuan daerah mendatangkan investasi. Ukurannya jelas sehingga memudahkan penilaian apakah seseorang bekerja atau tidak.

Pemerintah China juga gencar mengirim pegawainya belajar ke AS dan Eropa untuk menambah visi dan pengetahuan aparat.

Hal ini mengingatkan pada ucapan Deng Xiaoping. ”Begitu para mahasiswa kita yang bersekolah di seberang kembali, kita akan melihat transformasi dahsyat China.”

Ya, Tuan Deng. Dahsyat betul.

Jadi, untuk apa DPR harus berkunjung ke negara lain. Dalamilah cara China membuat perencanaan dan melaksanakannya. (mon)***

Source : Kompas, Jumat, 18 Februari 2011

KOMENTAR

Ada 2 Komentar Untuk Artikel Ini.

  • aloys susilarto

Jumat, 18 Februari 2011 | 13:15 WIB

Hidupkan kembali GBHN dgn REPELITA minmal5 Pelita. Tdk bisa lagi diserahkan pada maunya pemerintahan yg berjalan. Sejarah telah membuktikan.

Balas tanggapan

  • Wahyudi Ho

Jumat, 18 Februari 2011 | 12:24 WIB

bila ingin berhasil seperti china,maka hal yg harus dilakukan adalah menghapus pilkada,cukup pilpres saja, sebab dgn pilkada pembangunan jadi tdk sinkron, masing2 kepala daerah bertindak seenak nya sendiri,tanpa bisa diatur oleh pusat,semua semaunya sendiri,presiden pun tdk berdaya,kalau di china semua keputusan terpusat satu komando,dan juga penting mereformasi mental para pegawai serta serius memberantas korupsi. bila itu dilakukan dgn sungguh2,maka 20tahun lagi,indonesia bisa melewati bahkan amerika serikat,saya yakin itu

Balas tanggapan

Konfusianisme Bergerak Cepat

Jumat,

18 Februari 2011

Bisnis Reang Online

MIMPI TIONGHOA

Konfusianisme Bergerak Cepat

Konfusianisme Bergerak Cepat.(KOMPAS/JULIAN SIHOMBING)***

Oleh Rene L Pattiradjawane

Ada satu ungkapan China menarik menggambarkan negara raksasa yang menjadi kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia memasuki dekade kedua abad ke-21. Ungkapan ini berbunyi, ”Pi zhi bu cun, mao jiang yan fu?” Ketika kulit sudah tidak ada, bagaimana rambut bisa menempel dirinya sendiri?

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi China memang menghilangkan jati diri China sebagai negara sosialis, apa pun namanya. China kini negara kapitalis raksasa yang mengubah nasib dari negara sama rasa sama rata menjadi negara konsumtif yang menelan apa saja secara masif.

Ketika China menjadi kekuatan ekonomi kedua dunia setelah AS, mengalahkan Jepang dan Jerman, masyarakat dunia tercengang. China memiliki produk domestik bruto (PDB) 5,88 triliun dollar AS, lebih besar daripada Jepang dengan PDB 5,47 triliun dollar berdasarkan angka Januari 2011 (The Wall Street Journal, 15/2).

Memerhatikan China selama lebih dari 20 tahun, sekarang terasa ada yang hilang. Kita tidak lagi melihat kehadiran Partai Komunis China (PKC) dengan berbagai slogan, spanduk, papan reklame di seantero negeri. Dari Shanghai, kota terbesar di pesisir timur daratan China, sampai ke Provinsi Shandong, lalu ke pedalaman di kota Changsha, Provinsi Hunan, yang muncul adalah ketionghoaan ketimbang kekomunisan yang menjadi impian pendiri RRC.

Komunisme, atau sering didengungkan sebagai sosialisme berkarakteristik China, kehilangan rohnya dan hanya terasa sebagai kekuatan politik di ibu kota Beijing. Kaki tangan partai di daerah yang sebelumnya merasuk ke berbagai perusahaan milik negara atau menjadi bagian unit kerja berbagai perusahaan patungan tidak lagi memiliki pengaruh dalam jalannya modernisasi China.

Beberapa perubahan

Ketika perekonomian China mencapai tahapan lebih maju daripada ketika dicanangkan Modernisasi Empat (Sige Xiandaihua), terjadi perubahan penting dalam melihat beberapa persoalan modernisasi. Rakyat kebanyakan, terutama buruh pabrik di perusahaan manufaktur seantero China, mulai melihat perubahan yang lebih menuntut tidak hanya upah minimum, tetapi juga kualitas hidup.

Mencari uang, mengikuti diktum Deng Xiaoping ”menjadi kaya adalah mulia”, tidak lagi menjadi prioritas. Banyak buruh pabrik enggan meneruskan pekerjaan mereka di pesisir timur yang menjanjikan kemakmuran. Mereka memilih tinggal di pedalaman di bagian barat, seperti Provinsi Sichuan, Hubei, Shaanxi, dan Hunan, mencari pekerjaan yang tidak harus meninggalkan kampung halaman.

PKC yang sebelumnya menjadi inspirator dan penggerak utama pertumbuhan seperti kehilangan pegangan menghadapi rakyatnya yang semakin kaya dan makmur. Tanpa disadari, pegangan slogan sosialisme berkarakteristik China hilang ditelan kemakmuran. Saat bersamaan, muncul persoalan baru, terutama berkaitan dengan pangan, perumahan, energi, dan pertumbuhan penduduk yang melahirkan homogenisasi.

Homogenisasi budaya masyarakat Tionghoa modern menjadi kunci keberhasilan ketika sosialisme berkarakteristik China gagal memobilisasi berbagai aksi dalam masyarakat China. PKC seratus tahun lalu dengan mudah mengirim kader menginfiltrasi ke desa dan kota, menghasut dan menghimpun rakyat melawan kelompok Nasionalisme di bawah pimpinan Partai Nasionalis China, Kuomintang.

Sekarang, kehadiran jaringan digital kecepatan tinggi menghubungkan kota dan desa melalui komunikasi modern, seperti internet dan telepon seluler, memungkinkan gagasan berseliweran ke berbagai pelosok. Kereta api kecepatan 340 kilometer per jam menjadi bagian penting penghubung desa dan kota, termasuk jalan bebas hambatan yang menghubungkan 31 provinsi di China.

Filosofi umum

Kemajuan dan homogenisasi masyarakat Tionghoa itu menjelaskan kehadiran patung perunggu Konghucu setinggi 9,5 meter di luar Gedung Museum Nasional di Lapangan Tiananmen, Beijing, hal yang belum pernah terjadi dalam 100 tahun gerakan komunisme China. Konghucu mendapat tempat terhormat, ikon mimpi menjadi Tionghoa.

Konfusianisme menjadi pegangan penting dalam mengelola kebajikan individual, landasan penting membentuk peradaban Tionghoa modern.

Salah satu buku Konghucu, Daxue (Pembelajaran Akbar), menekankan kewu (menangani persoalan), zhizhi (mencapai pengetahuan), xiushen (memelihara kebajikan), qijia (menjaga keluarga), zhiguo (memerintah negara), dan pingtianxia (mendamaikan dunia di bahwa langit). Inti kebajikan dalam ajaran Konghucu diharapkan mampu menjadi pedoman PKC menjaga pertumbuhan China.

Penyejajaran sosialisme berkarakteristik China dengan Konfusianisme menjadi pembenaran membangun filosofi publik di tengah lingkaran komunitarian tanpa harus kehilangan nilai fundamental masyarakat Tionghoa yang berbasis kekeluargaan.

Di tengah derasnya globalisasi dan kemajuan teknologi, China sebagai Negara Tengah tidak punya pilihan kecuali melanggengkan bisnis dan perdagangan global yang menekankan kejujuran, penetrasi, dan akuntabilitas yang dipercaya mitra bisnis dan pelanggan. Tanpa ini, keberhasilan dalam 30 tahun tidak memiliki arti.

Ketika sosialisme berkarakteristik China tidak lagi mampu memberi jawaban dan landasan filosofi umum yang kuat, seperti terjadi di Korea Selatan, Singapura, atau Taiwan, kapital pada era globalisasi akan mudah ke luar dari daratan China. Mimpi Tionghoa pun akan kandas bersama hilangnya kepercayaan transaksi bisnis. Filosofi umum ini sekarang bertumpu pada Konfusianisme.***

Source : Kompas, Jumat, 18 Februari 2011

 

ENDGAM3: Blueprint for Global Enslavement

Marley And Me

New World Order' Emerging At G-20 Summit

Crank:High Voltage

Fall of the Republic

WATCHMEN - The Movie

Illuminati : They All Around Us

Bedtime Stories

Site Info

free counters

Followers

bisnisreang@yahoo.com Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template