Sabtu, 19 Februari 2011

Lebih Baik Belajar ke China

Jumat,

18 Februari 2011

Bisnis Reang Online

PERENCANAAN PEMERINTAH

Lebih Baik Belajar ke China

Sebenarnya, anggota DPR RI lebih bagus berkunjung ke China. Pemerintah daerah di negara ini cocok dijadikan contoh cara pemerintah menjalankan perencanaan.

China melakukan perencanaan matang, dikaji di tengah jalan, dan dimodifikasi jika perlu. Prosedur seperti ini mirip yang dilakukan Singapura. Pemerintahnya menjalankan negara seperti menjalankan strategi bisnis meski nihil kemerdekaan warga.

Mungkin semua itu terpengaruh nasihat mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew kepada Deng Xiaoping beberapa tahun lalu agar China jangan mengekspor komunisme ke Asia Tenggara. Lee juga menyarankan China membangun perekonomian.

Di luar itu, Deng menunjukkan ketertarikan pada keberhasilan perusahaan Coca-Cola, Boeing, dan sejumlah korporasi AS saat bertemu Jimmy Carter yang saat itu memimpin AS.

Tidak heran setiap rencana pasti dijalankan, apalagi jika terkait pembangunan ekonomi. Begitu pelabuhan, jalan, kereta api, atau infrastruktur lain sudah direncanakan, pembangunan dilaksanakan sepenuhnya.

Tampilan fisik di China pun bisa berubah drastis hanya dalam hitungan enam bulan. ”Bisa-bisa saat bangun tidur di depan rumah sudah ada jalan layang berdiri,” kata Sicilia Samaria Mandang, penasihat di perusahaan Montpelier. China bekerja 24 jam, musim dingin atau musim panas, sepanjang tahun.

”Pada setiap rencana pembangunan lima tahunan, kami selalu melakukan evaluasi di tengah jalan,” kata Prof Dr Yan Jianmiao, Dekan Jurusan Ekonomi Internasional di Universitas Zhejiang, Hangzhou. Yan juga ikut terlibat dalam perencanaan ekonomi lima tahunan.

Perencanaan bukan sekadar kertas berisi tulisan indah dengan grafik menawan tetapi kosong isinya, melainkan berdasarkan pengamatan lapangan serius soal apa saja tentang masyarakat, kebutuhan dan perkembangannya. Maklum, sebagai partai tunggal, Partai Komunis China tak boleh terlena dengan kekuasaan yang bisa memabukkan. Perencanaan juga didasarkan pada survei lapangan yang diterbitkan tahunan dalam bentuk cetak biru oleh Akademi Ilmu-ilmu Sosial China.

Apa faktor yang mendorong jalannya pelaksanaan perencanaan itu? Prof Dr Hora Tjitra dari Universitas Zhejiang, Hangzhou, mengatakan, hal itu berhubungan dengan kenaikan pangkat yang antara lain diukur dari kemampuan daerah mendatangkan investasi. Ukurannya jelas sehingga memudahkan penilaian apakah seseorang bekerja atau tidak.

Pemerintah China juga gencar mengirim pegawainya belajar ke AS dan Eropa untuk menambah visi dan pengetahuan aparat.

Hal ini mengingatkan pada ucapan Deng Xiaoping. ”Begitu para mahasiswa kita yang bersekolah di seberang kembali, kita akan melihat transformasi dahsyat China.”

Ya, Tuan Deng. Dahsyat betul.

Jadi, untuk apa DPR harus berkunjung ke negara lain. Dalamilah cara China membuat perencanaan dan melaksanakannya. (mon)***

Source : Kompas, Jumat, 18 Februari 2011

KOMENTAR

Ada 2 Komentar Untuk Artikel Ini.

  • aloys susilarto

Jumat, 18 Februari 2011 | 13:15 WIB

Hidupkan kembali GBHN dgn REPELITA minmal5 Pelita. Tdk bisa lagi diserahkan pada maunya pemerintahan yg berjalan. Sejarah telah membuktikan.

Balas tanggapan

  • Wahyudi Ho

Jumat, 18 Februari 2011 | 12:24 WIB

bila ingin berhasil seperti china,maka hal yg harus dilakukan adalah menghapus pilkada,cukup pilpres saja, sebab dgn pilkada pembangunan jadi tdk sinkron, masing2 kepala daerah bertindak seenak nya sendiri,tanpa bisa diatur oleh pusat,semua semaunya sendiri,presiden pun tdk berdaya,kalau di china semua keputusan terpusat satu komando,dan juga penting mereformasi mental para pegawai serta serius memberantas korupsi. bila itu dilakukan dgn sungguh2,maka 20tahun lagi,indonesia bisa melewati bahkan amerika serikat,saya yakin itu

Balas tanggapan

0 Comments:

 

Site Info

free counters

Followers

bisnisreang@yahoo.com Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template