Jumat, 18 Februari 2011

Produksi Padi Turun 30 Persen

Jumat,

18 Februari 2011

Bisnis Reang Online

PERTANIAN

Produksi Padi Turun 30 Persen

JAKARTA, BISNIS REANG ONLINE - Produksi padi musim panen pertama tahun ini di sejumlah daerah di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi diperkirakan turun sekitar 30 persen dibandingkan dengan kondisi normal. Cuaca yang tak menentu menjadi penyebab munculnya sejumlah hama hingga menurunkan produksi.

Berdasarkan pantauan Kompas di sejumlah daerah, Kamis (17/2), penurunan produksi padi bervariasi antara 9,3 persen dan 50 persen.

Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Nur Gaybita menyatakan, pada panen padi rendeng (musim tanam pertama) kali ini terjadi penurunan produktivitas padi yang nyata.

Produktivitas padi di wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, berdasarkan data di Kecamatan Patikraja, Sokaraja, Sumbang, Sumpiuh, dan Tambak, dari tahun ke tahun terus menurun hingga 30 persen. Anomali cuaca yang kian ekstrem menyebabkan intensitas serangan organisme pengganggu tanaman, seperti tikus dan wereng batang coklat, semakin mengganas. Ketahanan pangan dikhawatirkan terancam.

Daldiri (54), petani di Desa Sukawera Kidul, Kecamatan Patikraja, mengatakan, hasil panen dari sawahnya seluas 2.000 meter persegi biasanya mencapai 9 kuintal. ”Musim tanam rendeng (hujan) kali ini, panenan hanya 7,5 kuintal. Hasilnya juga tidak sebagus biasanya. Kali ini lebih basah,” tuturnya.

”Saya sudah dua kali tanam ulang, tetapi tetap saja rusak akibat wereng. Serangannya cenderung makin ganas. Kemungkinan juga dipengaruhi cuaca,” ujar Trimo (69), petani di Desa Gebangsari, Kecamatan Tambak.

Ketua Asosiasi Perberasan Banyumas Agus Purwanto mengakui, panen di wilayah Banyumas dari tahun ke tahun terus menurun. Selain itu, kualitasnya pun tidak sebaik sebelumnya.

”Kadar airnya tinggi. Produksi yang terus menurun juga dipengaruhi pola tanam petani,” katanya.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kudus Zainal Arifin mengatakan, hasil panen musim tanam pertama di kawasan yang rawan banjir dan wereng rata-rata menurun 30 persen per hektar. Semula sawah-sawah itu menghasilkan gabah kering panen 6 ton per hektar dan kini tinggal 4,2 ton per hektar.

Dari Slawi, Kepala Bidang Pertanian dan Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Tegal Suharyoko mengatakan, secara kualitas, produksi beras tahun ini memang menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Hal itu akibat adanya serangan hama yang mengakibatkan malai gabah tidak terisi. Serangan hama juga mengakibatkan beras yang dihasilkan mudah remuk dan mengakibatkan penurunan produktivitas hingga 10 persen.

Di Kabupaten Brebes, produktivitas tanaman padi juga turun 10 hingga 25 persen akibat serangan hama dan hujan yang terus-menerus.

Di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, produksi gabah untuk 2010 menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni dari 313.000 ton gabah kering giling (GKG) menjadi 283.655 ton GKG atau turun 9,3 persen.

Dari Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dilaporkan, curah hujan yang tinggi membuat sebagian tanaman padi di wilayah tersebut rusak.

Joni Mangelep (40), petani di Desa Ampera, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, mengaku, tanda-tanda berkurangnya panen sudah tampak saat tanaman baru saja disemai.

Dalam kondisi normal, sawah di Sigi menghasilkan 4-5 ton per hektar GKG. Namun, dengan cuaca seperti sekarang, produksi diperkirakan turun hingga tinggal 3 ton GKG per hektar.

Di Gorontalo, hasil panen padi di beberapa lokasi menurun selama musim panen bulan ini. Penurunan bervariasi antara 30 persen dan 50 persen.

Menurut petani, penurunan ini disebabkan cuaca yang tak menentu sehingga pengairan tanaman padi kacau.

Salah seorang petani di Desa Bongoime, Kecamatan Tilong Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Ibrahim Panna (55), mengakui, hasil panen kali ini menurun.

Meski demikian, di beberapa daerah, panen dilaporkan meningkat.

Di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, pada 2010 justru terjadi peningkatan produksi beras karena bertambahnya luas tanam, yakni 8.280 hektar. Di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, juga dilaporkan ada peningkatan hasil panen.

(HEN/GRE/WIE/EKI/APO/REN/MKN/JON/INK/ODY/ENY/MAS)***

Source : Kompas, Jumat, 18 Februari 2011

KOMENTAR

Ada 2 Komentar Untuk Artikel Ini.

  • Aki chan

Jumat, 18 Februari 2011 | 10:06 WIB

Trend cuaca dah jelas sekali, jgn jadi polemik, mslhnya mana antisipasinya,cuaca mmg ga bisa diatur manusia tapi prosesnya di tanaman kan bisa, kl ga mau ya tunggu aja, que sera sera

Balas tanggapan

  • sidiq hanapi

Jumat, 18 Februari 2011 | 08:15 WIB

Badan Litbang Kementan RI (disetiap Propinsi ada UPTnya yaitu BPTP) mulai tahun lalu mendesiminasikan IP 400 dengan varitas INPARI 1 yang umurnya sangat genjah, 75 hari panen. Petani yang biasa 1 tahun 3x panen dengan varites ini bisa 4x panen. apa lagi curah hujan banyak mestinya petani bisa merealisasikan. karena disamping 1P 300 menjadi IP 400 juga mendeminasikan yang tadinya IP 100 menjadi IP 200, IP 200 menjadi IP 300. sehingga akumulasi hasil produksi padi tahunan diharapkan bisa mencapai target yang ditetapkan. Kompas perlu memantau kebijakan ini dan realisasi di lapangan.

Balas tanggapan

0 Comments:

 

Site Info

free counters

Followers

bisnisreang@yahoo.com Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template