Senin, 14 Desember 2009

Petronas dan CNPC Dikontrak

Ladang Minyak Rumaila di Irak bagian selatan
Seorang pekerja di sebuah ladang minyak Rumaila, di Irak bagian selatan, menurut dokumentasi foto 21 Juli 2007. Dua perusahaan Asia, Petronas dari Malaysia dan CNPC dari China, memenangi kontrak untuk mengelola minyak di Rumaila dan Halfaya. Kedua perusahaan itu merupakan perusahaan milik negara. (Foto : AFP/Essam AL-Sudani)***

Asia Kuasai Ladang Minyak Irak

Petronas dan CNPC Dikontrak

BAGHDAD, Minggu - Perusahaan minyak Asia, Petronas dari Malaysia dan CNPC dari China, berhasil memenangi empat dari tujuh kontrak pengelolaan ladang minyak Pemerintah Irak. Pengumuman pemenang tender sudah dilakukan pada hari Sabtu (12/12).

Baik Petronas maupun CNPC merupakan perusahaan milik negara. Keduanya berhasil menyisihkan perusahaan-perusahaan minyak dari AS dalam tender tersebut.

”Jelas, orang China itu akan menjadi sangat agresif lagi pada masa yang akan datang,” ujar Ruba Husari, perempuan penggagas situs www.iraqioilforum.com. Dia menambahkan, China akan menjadi pemain penting pada abad ke-21 mendatang.

Sementara itu, Petronas Malaysia berhasil memenangi kontrak untuk mengelola ladang Majnoon, Halfaya, Garraf, dan Badra. Jika digabungkan, keempat ladang tersebut memiliki cadangan minyak mentah sebesar 17,65 miliar barrel dan dapat menghasilkan minyak sebesar 2,7 juta barrel per hari.

CNPC berhasil memenangi kontrak pengelolaan ladang Qurna Barat 2 yang memiliki cadangan terbukti sebesar 12,9 miliar barrel. Selain itu, CNPC juga merupakan pemegang saham utama dalam konsorsium yang memenangi kontrak di ladang Halfaya. Selain kedua kontrak pengelolaan minyak, CNPC juga telah meneken kontrak kerja sama dengan BP—perusahaan minyak Inggris—untuk membantu mengelola ladang minyak terbesar Irak, Rumaila.

Perusahaan India ONGC dan Oil India sebenarnya juga mengajukan penawaran, tetapi gagal bersaing.

Alex Munton, analis Timur Tengah dari lembaga riset Mackenzie, mengatakan, perusahaan Asia umumnya agresif dan berani, sedangkan perusahaan Barat umumnya sangat berhati-hati. Hal itulah yang membuat perbedaan persepsi di antara perusahaan Barat dan Asia terhadap kontrak yang ditawarkan oleh Irak.

”Apa arti Irak bagi China? tidak lain adalah akses lebih besar terhadap sumber energi. Isu yang lebih besar soal kontrak ini adalah ketahanan energi,” ujar Munton.

Perusahaan Barat

Perusahaan Barat yang turut serta dalam tender itu adalah Shell Belanda yang bermitra dengan Petronas di ladang Majnoon, Total Perancis yang menguasai 25 persen saham pada ladang Halfaya, dan StatoilHydro dari Norwegia yang memiliki saham minoritas pada ladang Qurna Barat 2.

Hanya ada satu perusahaan AS, yaitu Occidental Oil, yang turut dalam tender ini dan gagal menang pada tender di ladang Halfaya.

Sebagian perusahaan AS sudah pernah turut serta dalam tender pada Juni lalu. Exxon Mobile, misalnya, memenangi kontrak pengelolaan ladang Qurna Barat 1. (AFP/joe)

Source : Kompas, Senin, 14 Desember 2009 | 04:48 WIB

0 Comments:

 

Site Info

free counters

Followers

bisnisreang@yahoo.com Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template